Hari ini, Pimpinan Pusat Muhammadiyah meluncurkan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), sebuah ikhtiar besar yang tidak hanya menjawab amanat Muktamar, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam membangun peradaban Islam berkemajuan. Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) menjadi bukti konkrit bahwa umat Islam mampu menyatukan komitmen spiritual, kecanggihan intelektual, dan visi global dalam satu sistem penanggalan yang ilmiah, rasional, dan berakar pada tradisi Islam yang otentik.
Dalam sejarah umat Islam, kalender Hijriyah memang lebih dari sekadar alat ukur waktu. Sebagaimana ditegaskan oleh Nurcholish Madjid, sistem penanggalan komariah memiliki karakteristik khusus. Ia lahir dari realitas kosmik yang kasatmata, yakni penampakan rembulan (hilal). Keistimewaannya terletak pada sifatnya yang alami dan universal. Seperti kata Cak Nur, manusia sejak awal mengenali siklus waktu dari perubahan bentuk rembulan, dari sabit hingga purnama. Maka tidak mengherankan, bulan dalam bahasa Arab disebut “syahr” yang bermakna “yang nampak”, sebab dimulai dari terlihatnya bulan sabit.
Lebih dari itu, al-Qur’an menegaskan fungsi spiritual dari sistem komariah, bahwa “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, itu adalah penanda waktu bagi manusia dan ibadah haji” (QS. al-Baqarah: 189). Artinya, sistem waktu dalam Islam dirancang bukan demi kepentingan duniawi semata seperti pertanian, melainkan demi penyatuan ritme ibadah umat Islam lintas ruang dan waktu. Di sinilah letak keadilan dan keunikan sistem ini. Ibadah seperti puasa dan haji tidak terkungkung oleh musim, tetapi berputar di seluruh musim dalam siklus 30 tahun, menjamin keadilan geografis dan iklim bagi seluruh umat Islam di bumi.
KHGT hadir sebagai jawaban atas fragmentasi kalender Islam yang selama ini menjadi sumber ketidaksatuan umat dalam menentukan awal Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan bahkan hari-hari penting lainnya. Di tengah dunia yang semakin terintegrasi secara teknologi dan informasi, umat Islam membutuhkan integrasi spiritual melalui kesatuan waktu. KHGT adalah ikhtiar Muhammadiyah untuk mempersatukan umat dalam dimensi yang paling mendasar, yaiti waktu ibadah. Tanpa kesatuan waktu, kesatuan umat hanya akan menjadi ilusi.
Lebih jauh, KHGT juga merupakan manifestasi kecanggihan ilmu pengetahuan Islam. Dengan metode hisab hakiki kontemporer yang dipadukan dengan prinsip ijtihad, KHGT tidak hanya berpijak pada langit, tetapi juga pada akal sehat manusia. Ia menjembatani tradisi dan modernitas, teks dan konteks, syariah dan sains. KHGT adalah proyek peradaban, bukan sekadar agenda organisasi.
Nurcholish Madjid juga menyoroti bagaimana kalender matahari yang diadopsi oleh dunia modern cenderung bersifat geografis dan eksklusif terhadap musim. Jika umat Islam mengikuti sistem itu, maka akan terjadi ketimpangan. Misalnya, umat Islam di belahan bumi selatan akan terus-menerus berpuasa di musim panas, sementara di utara di musim dingin. Standar waktu dalam menjllankan ibadah yang berbasiskan rembulan ini menghapus ketidakadilan itu. Maka dalam kerangka ini, KHGT menjadi simbol keadilan dan inklusivitas Islam sebagai agama universal.
Peluncuran KHGT hari ini bukan hanya peristiwa seremonial, tetapi adalah momen sejarah. Ini adalah langkah monumental Muhammadiyah dalam mengambil tanggung jawab global demi menyatukan umat. KHGT menjadi salah satu pilar peradaban Islam yang menjunjung ilmu, keadilan, dan persatuan.
KHGT bukan hanya simbol kemajuan, tetapi menjadi bukti bahwa Islam mampu menghadirkan solusi visioner untuk dunia yang sedang mencari arah dan makna. Allah mengingatkan dalam firmannya:
….وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ
Dan demikian (pula) Kami jadikan kamu umat yang wasath (adil dan seimbang), agar kamu menjadi saksi atas (segala perilaku) manusia…”(QS. al-Baqarah: 143)
Muhammadiyah Melalui KHGT, sedang menunjukkan saksi peradaban itu. Wallahu a’lam bish-shawab. Salam Yansur. (Yayan Suryana, Wakil Ketua PWM DIY)
Alhamdulillah semoga menyatukan umat Islam